Menghitung luasan atap bangunan merupakan hal atau ilmu yang harus
bisa dikuasai oleh seseorang yang bergelut didunia konstruksi banguan,karena ini merupakan hal penting yang harus kita
tahu dan pelajari. Maka dari itu saya mau mencatat hal ini pada blog kesayangan
ini sambil belajar dan menerapkannya.
Seperti yang kita ketahui atap merupakan salah satu unsur penting didalam bangunan yang akan kita rancang. Atap mempunyai fungsi dan peranan penting dalam melindungi kita dari panas matahari, air hujan, dan benda-benda lain yang bisa jatuh dari atas dan masuk ke dalam rumah.
Seperti yang kita ketahui atap merupakan salah satu unsur penting didalam bangunan yang akan kita rancang. Atap mempunyai fungsi dan peranan penting dalam melindungi kita dari panas matahari, air hujan, dan benda-benda lain yang bisa jatuh dari atas dan masuk ke dalam rumah.
CARA MUDAH
MENGHITUNG LUASAN ATAP BANGUNAN
Contoh
Beberapa Bentuk Atap Bangunan
·
Atap Pelana
·
Atap Perisai/Limas (seperti atap rumah
adat joglo)
·
Atap Flat (contoh : bentuk miring /
datar)
·
Atap Khusus (contoh : gedung MPR,
rumah batak, toraja)
Beberapa
Jenis Bahan Penutup Atap
·
Atap Ringan, seperti : Jerami, Ijuk,
Seng, Asbes, Polycarbonat
·
Atap Sedang, seperti : Genteng
Tanah, Genteng Keramik, Genteng Beton, Genteng Kayu
·
Atap Berat, seperti : Dak Beton Cor
Nb :
Makin berat bahan penutup atap, makin besar resiko tertimpa benda berat. Bila atap tersebut roboh akibat terjadi gempa bumi.
Tips
Praktis Menghitung Luasan Atap Bangunan untuk Atap flat, limas, pelana dan
perisai :
1. Cara menghitung luasan atap Flat datar.
Biasanya dipakai untuk dak beton cor
Rumus :
Kebutuhan luasan atap = Panjang x Lebar
Misalnya rumah dengan ukuran 6m x 10m dan Overstek atap 0.8m
Luasan atapnya adalah :
= (6 + 1.6)m x (10 + 1.6)m
= (7.6m x 11.6m)
= 88.16 m2
2. Cara menghitung luasan atap limas / perisai / pelana.
Luasan atap dihitung dalam satuan m2
Rumus :
Kebutuhan luasan atap = (Panjang x Lebar) / Cos(z)
dimana : z adalah sudut kemiringan atap
Misalnya rumah dengan ukuran 6m x 10m dan Overstek atap 0.8m
Sedang sudut kemiringan atap 30 derajat.
Luasan atapnya adalah :
= ((6 + 1.6)m x (10 + 1.6)m) / (Cos 30)
= (7.6m x 11.6m) / (Cos 30)
= 88.16 m2 / 0.866
= 101.7984 m2
Catatan :
Rumus ini masih bisa dipakai untuk menghitung pada atap yang berbentuk campuran perisai dan pelana.
Menghitung Volume Besi Beton Bertulang merupakan hal yang sudah lama saya pelajari
di sekolah tetapi sampai saat ini masih belum mengerti juga karena kurangnya
konsentrasi belajar didalam kelas. Jadi saya menemukan caranya di internet dan
akan saya tuliskan disini supaya lebih mudah mengingatnya kembali.
Besi pada konstruksi beton bertulang berfungsi sebagai panahan tegangan tarik, penggunaan besi dalam beton bertulang karena beton hanya kuat terhadap gaya tekan.
sebelum melaksanakan pekerjaan beton bertulang terlebih dahulu kita menghitung kebutuhan volume material besi beton sehingga dapat dipersiapkan sebelumnya dengan jumlah yang tepat.
Besi pada konstruksi beton bertulang berfungsi sebagai panahan tegangan tarik, penggunaan besi dalam beton bertulang karena beton hanya kuat terhadap gaya tekan.
sebelum melaksanakan pekerjaan beton bertulang terlebih dahulu kita menghitung kebutuhan volume material besi beton sehingga dapat dipersiapkan sebelumnya dengan jumlah yang tepat.
CARA
MENGHITUNG VOLUME BESI BETON BERTULANG
langkah-langkah
perhitungan kebutuhan besi beton pada konstruksi tersebut adalah :
menghitung kebutuhan besi tulangan pokok
volume besi D10 adalah 4 bh x 6 m = 24 m’
jika panjang besi perbuah dipasaran adalah 11 m maka kebutuhan besi adalah 24 m : 11 m = 2.18 buah
berat per m’ besi D10 adalah 0.617 kg maka total kebutuhan besi D10 adalah 0.617 kg/m x 24 = 14.808 kg
panjang tulang sengkang perbuah adalah 25+15+25+15+5+5 = 90 cm = 0.9 m
jumlah tulangan sengkang pada kolom setinggi 6 m dengan jarak pemasangan 15 cm adalah 6 : 0.15 = 40 buah besi tulangan sengkang.
total panjang besi tulangan sengkang adalah 40 bh x 0.9 m = 36 m
jka panjang besi perbuah dipasaran 11 m maka kebutuhan besi tulangan sengkang 36 : 11 = 3.27 buah
berat besi per kg besi D8 pada tabel adalah 0.395 kg maka jumlah kebutuhan besi adalah 0.395 kg/m x 36 m = 14.22 kg
* TABEL BERAT BESI BISA DILIHAT Disini [download]
dari perhitungan diatas maka kebutuhan besi tulangan nya adalah
Besi D10 = 2.18 batang = 14.808 kg
Besi D8 = 3.27 batang =Â 14.22 kg
beton sebesar 0.2×0.3×6 = 0.36 m3
Sekian dulu materi yang saya simpan di blog ini semoga Cara Menghitung Volume Besi Beton Bertulang bermanfaat untuk anda.
Sumber Materi : http://www.ilmusipil.com/cara-menghitung-volume-besi-beton-bertulang
A.
Pendahuluan
Batu cetak, suatu bahan baru dari trus dan kapur, sudah mulai dikenal oleh masyarakat sebagai bahan bangunan dan sudah pula dipakai untuk pembuatan rumah-rumah dan gedung-gedung. Jika pemakaianya dibandingkan dengan pemakaian bata merah terlihat penghemat-penghematanya dalam beberapa segi. Misalnya, per m2 luas tembok lebih sedikit jumlah batu yang dibutuhkan sehingga kwantitatip terdapat suatu penghematan.
Mengakibatkan pula penghematan dalam
pemakaian adukan 70 - 80 %. Berat tembok diperingan 50 % dengan demikian
pondasi tidak perlu dalam dan berat. Bentuk batu cetak yang bermacam-macam
memungkinkan kita membuat variasi-variasi yang menarik. Karena bentuknya pula,
tembok tidak usah diplester sudah cukup menarik.
B.
Macam Batu Cetak
Batu Cetak dibedakan menjadi beberapa Type , diantaranya :
Type A
Ukuran 20-20-40 cm3 - berlobang
untuk tembok /dinding dengan tebal 20 cm.
Type B
Ukuran 20-20-40 cm3 - berlobang
untuk tembok/dinding tebal 20 cm sabagai batu penutup pada sudut-sudut dan pertemuan-pertemuan
Type C
Ukuran 10-20-40 cm3 - berlobang
dipermukaan sebagai dinding pengisi dengan tebal 10 cm
Type D
Ukuran 10-20-40 cm3 - berlobang
sebagai dinding pengisi/pemisah dengan tebal 10 cm
Type E
Ukuran 10-20-40 cm3 - tidak
berlobang untuk tembok-tembok setebal 10 cm digunakan untuk diding pengisi
dan/atau pemikul sebagai hubungan-hubungan sudut dan pertemuan
Type F
Ukuran 8-20-40 - tidak berlobang
sebagai dinding pengisi
A.SAMBUNGAN BIBIR LURUS
Digunakan bila seluruh batang
dipikul, umpamanya balok tembok. Pada sambungan ini kayunya sangat diperlemah
karena masing-masing bagian ditakik separuh kayu. Ketetapan kedudukan dicapai
dengan memaku dengan paku usuk miring dan dianker dengan baut anker Ø10 mm dalam tembok yang dipasang dengan spesi 1 bag. Semen
Portland dan 2 bag. Pasir
B.SAMBUNGAN KAIT LURUS
Sambungan kait lurus ini digunakan
bila diharapkan aka nada gaya tarik yang timbul. Gaya tarik diterima oleh
bidang kait tegak sebesar L x 1/5 T x ð tk ( tegangan
tekan yang diizinkan pada kayu/serabut) dan oleh bidang geser mendatar sebesar
L x 1/4 T x ð gs ( tegangan geser yang diizinkan pada kayu)
C.SAMBUNGAN BIBIR MIRING
Sambungan bibir miring digunakan untuk
menyambung gording pada jarak 2,50 m atau 3,50 m dipikul oleh kuda-kuda. Mudah
diketahui bahwa sambungan tidak ditengah-tengah antara dua pemikul. Demikian
juga tidak boleh dipasang di atas kuda-kuda dan tepat di atas kuda-kuda, karena
gording sudah diperlemah dengan takikan pada kuda-kuda dan tepat di atas kaki
kuda-kuda gording menerima momen negatif yang dapat merusak sambungan. Jadi
sambungan ditempatkan pada peralihan momen positif ke momen negatif besarnya =
0. Penempatan sambungan pada jarak ± 10 cm dari kuda-kuda. Letak bibir pemikul
yang harus didekat kuda-kuda, bukan bibir penutup
D.SAMBUNGAN KAIT MIRING
Sambungan ini seperti pada sambungan bibir
miring diterapkan pada gording yang terletak 5 atau 10 cm dari kaki kuda-kuda
yang berjarak 2,50 atau 3,50 m. Gaya tarik yang mungkin timbul, diterima oleh
bidang geser saja sebesar B x a x ð gs (tegangan geser yang diizinkan pada
kayu), sedang a = garis datar ujung kait di tengah
E.SAMBUNGAN KUNCI SESISI
Sambungan kunci ini digunakan pada konstruksi
kuda-kuda untuk menyambung kaki kuda-kuda maupun balok tarik. Kedua ujung balok
yang disambung harus saling mendesak rata. Dalam perhitungan kekokohan bantuan
baut tidak diperhitungkan. Ketahanan tarik dihitung :
1.Dengan tahan tarik pada penampang bagian
batang yang ditakik yaitu (T-a) x L x ð te (ð tr = tegangan tarik yang
diizinkan pada kayu. Untuk kayu jati ð tr = 100 kg/cm2)
2.Daya tahan tekan dari kait sebesar a x L x ð
tk, ð tk untuk kayu jati = 100 kg/cm2
3.Daya tahan geser dari kait sebesar b x L x ð
gs, ð gs jati = 20 kg/cm2
Dari ketiga hasil daya tahan tersebut diatas diambil yang
terkecil, itulah daya tahan batang tarik. Pengaruh baut-baut tidak dihitung,
hanya untuk menjepit. Pada umumnya panjang kunci 100 cm dan panjang takikan 25
cm, dalam takikian 2 cm. Jika tepat pada kedua ujung batang dihubungkan dengan
sebuah batang makelar, memerlukan lobang untuk pen, yang berguna untuk
penjagaan menyimpangnya batang. Sudah barang tentu bila terdapat lubang untuk
pen, disitulah bagian tarik yang terlemah.
contoh gambar :
SAMBUNGAN BIBIR LURUS
SAMBUNGAN KAIT LURUS
SAMBUNGAN BIBIR MIRING
SAMBUNGAN BIBIR MIRING BERKAIT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar