Kamis, 24 Oktober 2013

menghitung luas atab



Menghitung luasan atap bangunan merupakan hal atau ilmu yang harus bisa dikuasai oleh seseorang yang bergelut didunia konstruksi banguan,karena ini merupakan hal penting yang harus kita tahu dan pelajari. Maka dari itu saya mau mencatat hal ini pada blog kesayangan ini sambil belajar dan menerapkannya.

Seperti yang kita ketahui atap merupakan salah satu unsur penting didalam bangunan yang akan kita rancang. Atap mempunyai fungsi dan peranan penting dalam melindungi kita dari panas matahari, air hujan, dan benda-benda lain yang bisa jatuh dari atas dan masuk ke dalam rumah.
CARA MUDAH MENGHITUNG LUASAN ATAP BANGUNAN
Contoh Beberapa Bentuk Atap Bangunan
·         Atap Pelana
·         Atap Perisai/Limas (seperti atap rumah adat joglo)
·         Atap Flat (contoh : bentuk miring / datar)
·         Atap Khusus (contoh : gedung MPR, rumah batak, toraja)
Beberapa Jenis Bahan Penutup Atap
·         Atap Ringan, seperti : Jerami, Ijuk, Seng, Asbes, Polycarbonat
·         Atap Sedang, seperti : Genteng Tanah, Genteng Keramik, Genteng Beton, Genteng Kayu
·         Atap Berat, seperti : Dak Beton Cor

Nb :

Makin berat bahan penutup atap, makin besar resiko tertimpa benda berat. Bila atap tersebut roboh akibat terjadi gempa bumi.
Tips Praktis Menghitung Luasan Atap Bangunan untuk Atap flat, limas, pelana dan perisai :

1. Cara menghitung luasan atap Flat datar.

Biasanya dipakai untuk dak beton cor

Rumus :

Kebutuhan luasan atap = Panjang x Lebar

Misalnya rumah dengan ukuran 6m x 10m dan Overstek atap 0.8m

Luasan atapnya adalah :

= (6 + 1.6)m x (10 + 1.6)m

= (7.6m x 11.6m)
= 88.16 m2

2. Cara menghitung luasan atap limas / perisai / pelana.

Luasan atap dihitung dalam satuan m2

Rumus :

Kebutuhan luasan atap = (Panjang x Lebar) / Cos(z)
dimana : z adalah sudut kemiringan atap


Misalnya rumah dengan ukuran 6m x 10m dan Overstek atap 0.8m

Sedang sudut kemiringan atap 30 derajat.
Luasan atapnya adalah :

= ((6 + 1.6)m x (10 + 1.6)m) / (Cos 30)

= (7.6m x 11.6m) / (Cos 30)
= 88.16 m2 / 0.866
= 101.7984 m2

Catatan :

Rumus ini masih bisa dipakai untuk menghitung pada atap yang berbentuk campuran perisai dan pelana.
Penulis Zool Pickr di 23.38
Jumat, 25 Januari 2013 struktur bangunan 0 komentar
Menghitung Volume Besi Beton Bertulang merupakan hal yang sudah lama saya pelajari di sekolah tetapi sampai saat ini masih belum mengerti juga karena kurangnya konsentrasi belajar didalam kelas. Jadi saya menemukan caranya di internet dan akan saya tuliskan disini supaya lebih mudah mengingatnya kembali.

Besi pada konstruksi beton bertulang berfungsi sebagai panahan tegangan tarik, penggunaan besi dalam beton bertulang karena beton hanya kuat terhadap gaya tekan.


sebelum melaksanakan pekerjaan beton bertulang terlebih dahulu kita menghitung kebutuhan volume material besi beton sehingga dapat dipersiapkan sebelumnya dengan jumlah yang tepat.
CARA MENGHITUNG VOLUME BESI BETON BERTULANG
langkah-langkah perhitungan kebutuhan besi beton pada konstruksi tersebut adalah :

menghitung kebutuhan besi tulangan pokok

volume besi D10 adalah 4 bh x 6 m = 24 m’

jika panjang besi perbuah dipasaran adalah 11 m maka kebutuhan besi adalah 24 m : 11 m = 2.18 buah
berat per m’ besi D10 adalah 0.617 kg maka total kebutuhan besi D10 adalah 0.617 kg/m x 24 = 14.808 kg

panjang tulang sengkang perbuah adalah 25+15+25+15+5+5 = 90 cm = 0.9 m

jumlah tulangan sengkang pada kolom setinggi 6 m dengan jarak pemasangan 15 cm adalah 6 : 0.15 = 40 buah besi tulangan sengkang.
total panjang besi tulangan sengkang adalah 40 bh x 0.9 m = 36 m
jka panjang besi perbuah dipasaran 11 m maka kebutuhan besi tulangan sengkang 36 : 11 = 3.27 buah
berat besi per kg besi D8 pada tabel adalah 0.395 kg maka jumlah kebutuhan besi adalah 0.395 kg/m x 36 m = 14.22 kg

* TABEL BERAT BESI BISA DILIHAT Disini [
download]

dari perhitungan diatas maka kebutuhan besi tulangan nya adalah


Besi D10 = 2.18 batang = 14.808 kg

Besi D8 = 3.27 batang =Â 14.22 kg
beton sebesar 0.2×0.3×6 = 0.36 m3

Sekian dulu materi yang saya simpan di blog ini semoga Cara Menghitung Volume Besi Beton Bertulang bermanfaat untuk anda.


Sumber Materi : http://www.ilmusipil.com/cara-menghitung-volume-besi-beton-bertulang



Penulis Zool Pickr di 23.32
Jumat, 25 Januari 2013 struktur bangunan 1 komentar
A. Pendahuluan


Batu cetak, suatu bahan baru dari trus dan kapur, sudah mulai dikenal oleh masyarakat sebagai bahan bangunan dan sudah pula dipakai untuk pembuatan rumah-rumah dan gedung-gedung. Jika pemakaianya dibandingkan dengan pemakaian bata merah terlihat penghemat-penghematanya dalam beberapa segi. Misalnya, per m2 luas tembok lebih sedikit jumlah batu yang dibutuhkan sehingga kwantitatip terdapat suatu penghematan.

Mengakibatkan pula penghematan dalam pemakaian adukan 70 - 80 %. Berat tembok diperingan 50 % dengan demikian pondasi tidak perlu dalam dan berat. Bentuk batu cetak yang bermacam-macam memungkinkan kita membuat variasi-variasi yang menarik. Karena bentuknya pula, tembok tidak usah diplester sudah cukup menarik.

B. Macam Batu Cetak


Batu Cetak dibedakan menjadi beberapa Type , diantaranya :

Type A

Ukuran 20-20-40 cm3 - berlobang untuk tembok /dinding dengan tebal 20 cm.

Type B

Ukuran 20-20-40 cm3 - berlobang untuk tembok/dinding tebal 20 cm sabagai batu penutup pada sudut-sudut dan pertemuan-pertemuan

Type C

Ukuran 10-20-40 cm3 - berlobang dipermukaan sebagai dinding pengisi dengan tebal 10 cm

Type D

Ukuran 10-20-40 cm3 - berlobang sebagai dinding pengisi/pemisah dengan tebal 10 cm

Type E

Ukuran 10-20-40 cm3 - tidak berlobang untuk tembok-tembok setebal 10 cm digunakan untuk diding pengisi dan/atau pemikul sebagai hubungan-hubungan sudut dan pertemuan

Type F

Ukuran 8-20-40 - tidak berlobang sebagai dinding pengisi
Penulis Zool Pickr di 23.02
Rabu, 23 Januari 2013 struktur bangunan 1 komentar
A.SAMBUNGAN BIBIR LURUS

Digunakan bila seluruh batang dipikul, umpamanya balok tembok. Pada sambungan ini kayunya sangat diperlemah karena masing-masing bagian ditakik separuh kayu. Ketetapan kedudukan dicapai dengan memaku dengan paku usuk miring dan dianker dengan baut anker Ø10 mm dalam tembok yang dipasang dengan spesi 1 bag. Semen Portland dan 2 bag. Pasir

B.SAMBUNGAN KAIT LURUS

Sambungan kait lurus ini digunakan bila diharapkan aka nada gaya tarik yang timbul. Gaya tarik diterima oleh bidang kait tegak sebesar L x 1/5 T x ð tk ( tegangan tekan yang diizinkan pada kayu/serabut) dan oleh bidang geser mendatar sebesar L x 1/4 T x ð gs ( tegangan geser yang diizinkan pada kayu)

C.SAMBUNGAN BIBIR MIRING

Sambungan bibir miring digunakan untuk menyambung gording pada jarak 2,50 m atau 3,50 m dipikul oleh kuda-kuda. Mudah diketahui bahwa sambungan tidak ditengah-tengah antara dua pemikul. Demikian juga tidak boleh dipasang di atas kuda-kuda dan tepat di atas kuda-kuda, karena gording sudah diperlemah dengan takikan pada kuda-kuda dan tepat di atas kaki kuda-kuda gording menerima momen negatif yang dapat merusak sambungan. Jadi sambungan ditempatkan pada peralihan momen positif ke momen negatif besarnya = 0. Penempatan sambungan pada jarak ± 10 cm dari kuda-kuda. Letak bibir pemikul yang harus didekat kuda-kuda, bukan bibir penutup

D.SAMBUNGAN KAIT MIRING

Sambungan ini seperti pada sambungan bibir miring diterapkan pada gording yang terletak 5 atau 10 cm dari kaki kuda-kuda yang berjarak 2,50 atau 3,50 m. Gaya tarik yang mungkin timbul, diterima oleh bidang geser saja sebesar B x a x ð gs (tegangan geser yang diizinkan pada kayu), sedang a = garis datar ujung kait di tengah

E.SAMBUNGAN KUNCI SESISI

Sambungan kunci ini digunakan pada konstruksi kuda-kuda untuk menyambung kaki kuda-kuda maupun balok tarik. Kedua ujung balok yang disambung harus saling mendesak rata. Dalam perhitungan kekokohan bantuan baut tidak diperhitungkan. Ketahanan tarik dihitung :

1.Dengan tahan tarik pada penampang bagian batang yang ditakik yaitu (T-a) x L x ð te (ð tr = tegangan tarik yang diizinkan pada kayu. Untuk kayu jati ð tr = 100 kg/cm2)

2.Daya tahan tekan dari kait sebesar a x L x ð tk, ð tk untuk kayu jati = 100 kg/cm2
3.Daya tahan geser dari kait sebesar b x L x ð gs, ð gs jati = 20 kg/cm2

Dari ketiga hasil daya tahan tersebut diatas diambil yang terkecil, itulah daya tahan batang tarik. Pengaruh baut-baut tidak dihitung, hanya untuk menjepit. Pada umumnya panjang kunci 100 cm dan panjang takikan 25 cm, dalam takikian 2 cm. Jika tepat pada kedua ujung batang dihubungkan dengan sebuah batang makelar, memerlukan lobang untuk pen, yang berguna untuk penjagaan menyimpangnya batang. Sudah barang tentu bila terdapat lubang untuk pen, disitulah bagian tarik yang terlemah.

contoh gambar :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5Bsap0Xr1TVdMuof246P4gDUTuy0f9Sj6voXgXmZsO9Wlk10xBQnyu8q9EaihKPLcPslrryCyb7hSvxEB3QjHBF7ptIt8D2sXxL55Hz8LkmAwFJ5zrLTJnmnVEHIYPIU9AMkSS7V5DYQ/s1600/download.jpg











SAMBUNGAN BIBIR LURUS


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmEMZE3_TaU-PHl7SmsE1RdxsT7xdywyYVHevwT-ZPiUx-G6_SMniC9uLKKMRddbLnBQGQh507nT-lkN4pRialiqZaFLkgwyQN_Uk1QTjtDW2EfbKuhL56muCQwKEiUozICn1AM4UHgyQ/s1600/images+%25284%2529.jpg
               








SAMBUNGAN KAIT LURUS













SAMBUNGAN BIBIR MIRING













SAMBUNGAN BIBIR MIRING BERKAIT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar