Kamis, 24 Oktober 2013

analisis desain struktur rangka atab gudang



ANALISIS DESAIN STRUKTUR RANGKA ATAP
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitAH5ysdO34_texWrlaypr_h0vDw8F-FanUTi8S8anKgO5GBoynNSii0oRc2IX5ER8ymQvmI094brB6xW3XkURLf4HAi2dZzIekiipcclnmH4kxkMGLRxiPPU5oS6wBgdP49GNP4od3DGR/s320/untitled.bmp
Gambar 1. Struktur Rangka Atap Baja
Pemodelan Struktur Dan Beban
Agar beban-beban yang bekerja pada Struktur Rangka Batang (Truss Structure) dapat terpusat di titik-titik buhul (joint), maka perlu adanya elemen struktur yang berfungsi untuk merubah beban merata (q) menjadi beban-beban terpusat (Q). Pada struktur rangka atap, perlu dipasang gording untuk merubah beban merata menjadi beban-beban terpusat, agar tidak timbul momen lentur pada sistem struktur. Untuk mendapatkan struktur rangka atap yang ideal, maka gording-gording harus diletakkan pada joint.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_-RB7YdMwVmbFYbVYcS3WUuCy4p1L6dTYZfOSdl6DSb_H8ryZrCWDpcvKGTa_qcUUwDYCZTpiAK8ynEW8VV9I1wLrav1ze-xy7DxK9NIvPiyz_FulhaUQ2njNMnc_bU9mh9vggR0nt46t/s400/untitled1.bmp
Gambar 2. Beban merata pada rangka atap
Pada struktur rangka atap, selain beban mati yang berupa berat sendiri dari elemen-elemen konstruksi (berat penutup atap, berat rangka, gording, dll.) dan beban hidup yang diperkirakan akan bekerja pada struktur rangka, perlu diperhitungkan juga pengaruh dari beban angin (tekanan dan hisapan). Dengan adanya gording-gording pada titik buhul, maka beban-beban merata pada struktur atap akan menjadi beban-beban terpusat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTy_1jb4hk4O395kcEIbvYXP3E4ggFJ14eIABdfEROBDMbo-YGigSaIcd7h03wefBAL8Spi4ku9rNNiSkBIcNNHf_CrtePVwpOKN4t_pRVbew1Uq3h4zVJ0spklnAdHjYacsUrXCYRzTT1/s400/untitled2.bmp

Gambar 3. Beban-beban terpusat pada rangka atap

Berdasarkan pedoman pembebanan yang berlaku di Indonesia, besarnya tekanan tiup angin yang bekerja pada struktur atap dapat diambil minimum sebesar 25 kg/m2. Tekanan angin di laut dan ditepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, harus diambil minimum 40 kg/m2. Berhubung pengaruh angin akan menimbulkan tekanan dan hisapan, maka pada struktur atap juga akan mengalami tekanan dan hisapan angin, dimana besarnya tergantung dari bentuk dan kemiringan atap. Distribusi beban angin menjadi beban-beban terpusat dijelaskan pada skema di bawah.

Jika diketahui tekanan tiup angin : qw = (25-40) kg/m2, kemiringan atap , jarak rangka atap : B, jarak antar gording : Lg, maka besarnya
a:  tekanan angin (Qt) dan hisapan angin (Qh) adalah :

 Tekanan angin
§  + 0,4).qw]a: Qt = Lg.B.[( 0,02.
 Hisapan angin
§ : Qh = Lg.B.[(0,4).qw]
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDNnp1aJlAXEPnHbvvtESVjs8HKPwAtT0GO49lBZzdifLH1l9ud67dK6rhKvTkQjB77Eg_aF7i6oOu4tV1Hyyrgn3z3Zd7ijqM_VkMNIv0NzwaeeABu8bm7wgaa7U92nzGI3sravluMrDh/s400/untitled3.bmp


Gambar 4. Penguraian beban angin pada joint rangka atap

Untuk keperluan perhitungan, beban terpusat pada titik buhul akibat tekanan angin (Qt) dan hisapan angin (Qh), diuraikan menjadi beban yang berarah vertikal (Vh) dan horisontal (Hh) sbb. :

 Tekanan angin (Qt)
§  ,a: Vt = Qt.cos. aHt = Qt.sin.
 Hisapan angin (Qh)
§  ,a: Vh = Qh.cos. aHh = Qh.sin.

Beban mati pada struktur rangka atap, dapat terdiri dari berat sendiri rangka, beban penutup atap, usuk, reng, gording, plafond dan penggantung. Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1987, besarnya beban-beban di atas adalah : atap genting, usuk, dan reng (qa) = 50 kg/m2 , plafond dan penggantung (qp) = 50 kg/m2, sedangkan berat jenis baja = 7850 kg/m3. Dengan demikian besarnya beban terpusat pada titik buhul akibat penutup atap : Qa = d.B.qa, dan akibat plafond Qp = d.B.qp (Gambar 5).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY9nGFLfLPXchfNcTxOMuJ-1syOjDaashNqM9MzIp0xRaCEZnP7c_sxW54FdPl0LhJ6JPDmkkBf2M-6FfNT6004-fiPI5w9-zFf2P_EJxxqtBNnkMxiTPRj9N7NS-e9Vea7Hh3yUT4N7Ia/s400/untitled4.bmp

Gambar 5. Beban penutup atap dan plafond

Besarnya beban hidup pada atap akibat berat pekerja diperhitungkan sebesar Qh = 100 kg. Beban ini ditempatkan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan pengaruh yang paling berbahaya pada struktur rangka atap (Gambar 6).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvsygSnt3nUwFy0oxPpiouLB0E6zRy5c_F9SSd-WYHM4c0bI4Iuws8vl-TRo4GZb_BrXvHtVJzU3f0dDXKYmUAalmfeo0E1zLFEm8-MEK9FHMYT27svhuKPGSVjIR2dcXlnNbjA0LyY7iC/s400/untitled5.bmp

Gambar 6. Penempatan beban hidup pada rangka atap

Contoh Analisis & Desain Struktur Rangka Atap

Suatu struktur rangka atap dari baja, mempunyai konfigurasi seperti pada gambar. Sambungan antara batang menggunakan baut berdiameter 12 mm dan pelat buhul tebal 1 cm. Panjang bentang dari rangka = 1800 cm, tinggi rangka = 450 cm, dan jarak antara rangka atap : B = 400 cm.

Untuk keperluan desain awal, batang tepi atas dan tepi bawah menggunakan profil siku rangkap 2L.70.70.7. Batang vertikal dan batang diagonal menggunakan profil siku rangkap 2L.50.50.5. Mutu profil baja yang digunakan adalah BJ.37, dengan tegangan leleh (fy) = = 2400 kg/cm2.

Beban-beban yang diperhitungkan bekerja pada struktur rangka atap adalah beban angin (qw) = 25 kg/m2, beban penutup atap (qa) = 50 kg/m2, dan beban plafon (qp) = 20 kg/m2. Berat jenis baja = 7850 kg/m3 , modulus elastisitas baja E = 2100000 kg/cm2 , dan angka poisson baja = 0,3.

Kombinasi pembebanan yang ditinjau pada analisis struktur adalah :

 Pembebanan Tetap
§ : Beban mati + beban hidup
 Pembebanan Sementara 1
§ : Beban mati + beban hidup + beban angin dari kiri
 Pembebanan Sementara 2
§ : Beban mati + beban hidup + beban angin dari kanan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRU5ao4-pPPj98kNr-rvwcOzMLzzyfXARyFtEzbSVpeFbsBcV0dPHRQR8tRPFVd_EK8Jcte_EOEjQmrxeLJ3AoKZwN4S8Xg2_y78RXyDAb62s-hDc0hn1qN4bmeu1Su7_nrE3QFVOtakQJ/s400/untitled6.bmp

Gambar 7. Konfigurasi struktur dengan profil siku rangkap 2L70.70.7 dan 2L50.50.5


Dari Tabel Profil Baja, diketahui lebar dan tebal sayap dari profil siku L.70.70.7 dan L.50.50.5 adalah :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNRSK4ZETrEgs2VH_XcVpwV0SdTyJvfYRkzuRbLzlJXIDhytOyeaMlZyFMojPuahA1xt5o5XjjEBq1_HKN1vT-2amJ7zAiumV3NLh7lgc1rOHIzvUn0dee3J6Z99LlIum8wU2TymspKXon/s400/untitled7.bmp


Perhitungan Beban

Beban angin (qw) = 25 kg/m2, jarak antara rangka atap : B = 4m, dan  = 4,5/9,0 = 0,5,
ajarak antara gording Lg=3,35 m. Kemiringan atap : tg.   = 27oajadi

 + 0,4).qw] = 315 kg
aTekanan angin : Qt = Lg.B.[(0,02.

 Tekanan vertikal
­  = 280 kga: Vt = Qt cos 
 Tekanan horisontal
­  = 140 kga: Ht = Qt sin 

Hisapan angin : Qi = Lg.B.[(0,4).qw] = 134 kg

 Hisapan vertikal
­  = 120 kga: Vi = Qi cos
 Hisapan horisontal
­  = 60 kga: Hi = Qi sin

Beban penutup atap (qa) = 50 kg/m2, dan beban plafon (qp) = 20 Kg/m2.

Penutup atap : Qa = d.B.qa = 600 kg, dan penutup plafond : Qp = d.B.qp = 240 kg

Besarnya beban hidup pada struktur atap diperhitungkan sebesar Qh = 100 kg. Dengan penempatan beban seperti ditunjukkan pada Gambar 9.

Setelah dihitung pembebanan pada struktur rangka atap akibat beban angin, beban mati, dan beban hidup, maka dapat disusun kasus beban (load case) yang bekerja sbb. :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL6iXId_E7CQrI67Tv5tkkkK9-jXoNpmML68oKj8CgdPmmfCpHxdzoCt9j8wsyeC3lvgFzWNBqzIeQ9AkFDeYjBhU_mJpg4-lxXQ6cnE1z5fNiwZvt5TmM_KxOZ7dt5l2RrjrYyLQ-Est3/s400/untitled8.bmp

Gambar 8. Kasus beban 1 : beban mati pada struktur
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvX23DuqHCfsl_3PizNkBc1L2TKGVMyQUCH4-zPYmsuiP_ERfhYs5tgi_gMlPonIKLDO6KzqJ3r7nU3FdGqIyJLT70AEJmkNOUJcC-_rbwCbzPsdA2QzAds7kIJqvzpS2xDWMdV3hUzGB4/s400/untitled9.bmp

Gambar 9. Kasus beban 2 : beban hidup pada struktur
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuTW0CoKg_NEib-ppj57VEm87TfwkczL2CRE8ini-_5pY-E75u1KCZVvY5TKa8nFr4Q6LgxaEYVsotVNiBgkQFK-u_j5d3sFOZfStY6P7bc_6ipmyr5PWVCaV1_Dvkb5vBhXiugT1aWTTv/s400/untitled11.bmp

Gambar 10. Kasus beban 3 : beban angin dari kiri pada struktur
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1CyRVL8OvRMzi3yIj3BDN3I0eIkcPhCtleIRO71pDoGLQ1Bn0zOtHX71bb5OdAq7dSZw51Cb5_ne3aVnEIdjht4DC9P701oV-f3wT1lPJcFAmFXK8PyN40_QGioGTl9NmDQUreu51Y2aK/s400/untitled11.bmp


Gambar 11. Kasus beban 4 : beban angin dari kanan pada struktur

Analisis Struktur Rangka Atap Dengan SAP2000 (Metode ASD)


1. Memilih Sistem Satuan

Pada kotak sistem satuan, pilih sistem satuan yang digunakan yaitu : kg-cm.

2. Menyusun Konfigurasi Stuktur

Dari menu File, pilih New Model dan 2D Trusses. Pada kotak 2D Truss Type pilih Prat Truss. Masukkan data konfigurasi struktur rangka atap sbb. :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfDFoMhd6Ep2mtfXUOlHqWonsHefGMWBoHHRcmeWc2zGjj2FLO9PxnAZF4RqpiPoX3YDI04i1u7hsZWZpl9ygwrxJzTx_okNe47AO56QPHPHRI3noX0G-emKOk5A9za7adMezYnQqnH1xS/s400/untitled12.bmp


Gambar 12. Dimensi struktur rangka atap

3. Mendefinisikan Karakteristik Material

Dari menu Define, pilih Material untuk menampilkan kotak Define Material. Pilih STEEL, kemudian klik tombol Modify/Show Material. Pada kotak Material Property Data masukkan data dari material :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJD9WywwUHEGS_borFHjAIww87mjS1eZ5QCWql0P7TiA3NZxnKjMhjFD8HTbC-3FnEybZCURhAzrVyE0xQ9mgG87yPwmuFsJO5NV6d3c0FMmWyJAKMqTrOG1mKp5VEoHDxjmaeuKDRcTmo/s400/untitled13.bmp


Gambar 13. Properti material baja

4. Mendefinisikan Dimensi Elemen

Dari menu Define, pilih Frame Sections untuk menampilkan kotak Frame Properties. Pada kotak Frame Properties, klik Add Double Angle, kemudian Add New Property. Pada kotak Doubel Angle Section, masukkan data untuk profil siku rangkap 2L.70.70.7 dengan pelat buhul tebal 1 cm, sbb :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnO2N70QIHsK0pBuZH09Zc65wRAmIz6v7_RuTZo_olcWfZoMkTKssSFd3EhUg1uDm92l9xa9RlEnE6xhyKu3MJn9PmeLp7ds9QqIDfIYfuzD1ySJSBJmGu8jpRyODoek-s5VM2g9Rhdjl_/s400/untitled14.bmp


Gambar 14. Properti penampang profil siku rsangkap 2L.70.70.7


Untuk mendefinisikan profil siku rangkap 2L.50.50.5 dilakukan dengan cara yang sama. Pada kotak Frame Properties, klik Add Double Angle. Pada kotak Double Angle Section, masukkan data untuk profil siku rangkap 2L.50.50.5, sbb. :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjynigI78XLztX8CrAGXMSaIjktQHKHz9cCglfrs-rT3jiy_8fvd6pcOs3LHsOOctHJih8cr2-_02S3FK_cyKW999IwU1cd-VAc50EGEUY7UD3iQvC-6_Ua71IAUVVfxv5v3F86VRTm1A6U/s400/untitled15.bmp

Gambar 15. Properti penampang profil siku rangkap 2L.50.50.5


5. Penempatan Elemen Pada Sistem Struktur

Klik batang atas dan batang bawah dari struktur. Pilih menu Assign, kemudian Frame dan Section. Pada kotak Frame Section, pilih 2L70, klik OK.

Klik batang vertikal dan batang diagonal. Pilih menu Assign, kemudian Frame dan Section. Pada kotak Frame Section, pilih 2L50, klik OK.



6. Mendefinisikan Kasus Beban (Load Case)

Untuk mendefinisikan 4 kasus beban yang bekerja pada struktur, yaitu beban mati (DEAD), beban hidup (LIVE), beban angin kiri (WIND-Ki), dan beban angin kanan (WIND-Ka), dilakukan sbb. :

Dari menu Define, pilih Load Case. Pada kotak Define Load , masukkan data :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIyz26xSy6r3RUq3ngQJtja-rYHMVFM-bn2W-6qdlcy4CKpS4JFRasDpXIk0GX5xR9EiH4ndIi0yggIlgqlibjzdgcLW6uE6iZ6eExD9YsK9CNrkPiiEcl43UfCzbxBMjDNbOPYn3cP4fI/s400/untitled16.bmp

Gambar 15. Kasus beban pada struktur rangka atap


7. Mendefinisikan Kasus Analisis (Analysis Cases)

Untuk mendefinisikan kasus beban yang akan dianalisis, yaitu beban mati (DEAD), beban hidup (LIVE), beban angin kiri (WIND-Ki), dan beban angin kanan (WIND-Ka), dilakukan sbb. :

Dari menu Define, pilih Analysis Cases. Pada kotak Analysis Cases, masukkan data sbb. :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXf8OySIqsh1eY3C8nlZMI4hJK1m0PnsLBEoRsjg-Z3c-xpU9dc2kDmmGZtEBKuk6_JH7ceLGnAN4rhZDgmFILYg2Nq7Yiya_ssUd2-GmvHBO37ZP-e0qlQDgDsQzmb_OtFuEM9Mda0DFt/s400/untitled17.bmp

Gambar 16. Kasus analisis pada struktur rangka atap

Kasus analisis selain DEAD, LIVE, WIND-Ki, dan WIND-Ka, dihapus dari kotak Analysis Cases dengan menggunakan Delete Case.


8. Mendefinisikan Pembebanan Pada Struktur

Beban pada struktur rangka batang berupa beban yang bekerja di joint-joint struktur. Untuk mendefinisikan beban-beban pada struktur, dilakukan sbb. :

Kasus Beban 1 : Beban Mati (DEAD)

Klik joint-joint pada struktur yang akan dibebani beban mati 600 kg. Pilih menu Assign kemudian Joint Load dan Forces. Pada kotak Joint Forces masukkan data beban :

Load Case Name : DEAD
Load : Forces Global Z = -600
Options : Replace Existing Load
Klik OK.

Dengan cara yang sama, ulangi pemasukan data untuk beban mati 300 kg dan 240 kg yang bekerja pada struktur.

Kasus Beban 2 : Beban Hidup (LIVE)

Klik joint-joint pada struktur yang akan dibebani beban hidup 100 kg. Pilih menu Assign kemudian Joint Load dan Forces. Pada kotak Joint Forces masukkan data beban :

Load Case Name : LIVE
Load : Forces Global Z = -100
Options : Replace Existing Load
Klik OK.

Kasus Beban 3 : Beban Angin Kiri (WIND-Ki)

Klik joint-joint pada struktur yang akan dibebani beban 280 kg dan 140 kg. Pilih menu Assign kemudian Joint Load dan Forces. Pada kotak Joint Forces masukkan data beban :

Load Case Name : WIND-Ki
Load : Forces Global Z = -280
: Forces Global X = 140
Options : Replace Existing Load
Klik OK.

Dengan cara yang sama, ulangi pemasukan data untuk beban-beban lainnya yang bekerja pada struktur.

Kasus Beban 4 : Beban Angin Kanan (WIND-Ka)

Klik joint-joint pada struktur yang akan dibebani beban 120 kg dan 60 kg. Pilih menu Assign kemudian Joint Load dan Forces. Pada kotak Joint Forces masukkan data-data beban sbb. :

Load Case Name : WIND-Ka
Load : Forces Global Z = 120
: Forces Global X = -60
Options : Replace Existing Load
Klik OK.

Dengan cara yang sama, ulangi pemasukan data untuk beban-beban lainnya yang bekerja pada struktur.

9. Mendefinisikan Kombinasi Pembebanan (Load Combination)

Setelah semua kasus beban dan beban-beban yang bekerja pada struktur dimasukkan datanya di dalam program, kemudian perlu didefinisikan kombinasi pembebanan yang akan ditinjau pada analisis. Untuk mendefinisikan 3 kombinasi pembebanan yang bekerja pada struktur, dilakukan dengan cara sbb. :

Kombinasi Pembebanan 1 : (Mati + Hidup)

Dari menu Define, pilih Load Combination. Pada kotak Define Load Combination, klik Add New Combo, kemudian masukkan data :

Respons Combination Name : COMB1
Combination Type : Linear Add

Case Name Case Type Scale Factor
DEAD Linear Static 1
LIVE Linear Static 1

Kombinasi Pembebanan 2 : (Mati + Hidup + Angin Kiri)

Dari menu Define, pilih Load Combination. Pada kotak Define Load Combination, klik Add New Combo, kemudian masukkan data :

Respons Combination Name : COMB2
Combination Type : Linear Add

Case Name Case Type Scale Factor
DEAD Linear Static 1
LIVE Linear Static 1
WIND-Ki Linear Static 1

Kombinasi Pembebanan 3 : (Mati + Hidup + Angin Kanan)

Dari menu Define, pilih Load Combination. Pada kotak Define Load Combination, klik Add New Combo, kemudian masukkan data :

Respons Combination Name : COMB3
Combination Type : Linear Add

Case Name Case Type Scale Factor
DEAD Linear Static 1
LIVE Linear Static 1
WIND-Ka Linear Static 1


10. Melakukan Analisis Struktur

Setelah semua data yang diperlukan untuk perhitungan struktur dimasukkan di dalam program, selanjutnya dapat dilakukan analisis struktur.

Sebelum melakukan analisis dari suatu struktur rangka batang (truss structure), perlu diperhatikan bahwa elemen-elemen dari struktur rangka batang dihubungkan secara sendi/engsel pada joint-jointnya, sehingga secara teoritis pada sambungan antara elemen-elemen struktur tidak timbul momen.

Untuk menghilangkan pengaruh momen lentur pada sambungan-sambungan struktur rangka batang, dilakukan sbb. :

Klik semua elemen dari struktur. Pilih menu Assign, kemudian Frame/Cable/Tendon dan Releases/Partialy Fixity.

Pada kotak Assign Frame Release, klik kotak Start dan End yang ada pada Momen 33 (Major).

Untuk melakukan analisis 2 dimensi dari struktur rangka atap, dilakukan sbb. :

Pilih menu Analyze, kemudian Set Analysis Options. Pada kotak Analysis Options klik Plane Frame (XZ Plane), klik OK.

Sebelum melakukan analisis, simpan terlebih dahulu file data masukan dengan cara :

Pilih menu File, Kemudian Save As. Pada kotak dialog Save Model File As, ketikan nama file : STRUKTUR ATAP, kemudian klik Save. Untuk melakukan analisis struktur, pilih menu Analyze dan Run Analysis, klik Run Now.

Untuk menampilkan deformasi dari struktur rangka atap akibat kombinasi beban mati dan beban hidup (COMB1) , pilih menu Display kemudian Show Deformed Shape. Pada kotak Deformed Shape masukkan data :

Case/Combo Name : COMB1
Scalling : Auto
Options : Wire Shadow
: Cubic Curve
Klik OK
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF8yT_APC964Qx_FI6bnfiNRtlEKTq2F7CuLS6-zRKS2JvyKYyTJHyIyGfe46JuDtQlmiCsFn-Pc9WIsFxo6geuKpUhuUM_5RL3uv03mkSP3VWgzVhr_fR9tJ7OletfQ6KAa___ogXTcFY/s400/untitled18.bmp

Gambar 17. Deformasi struktur atap akibat beban mati + beban hidup (COMB1)
Untuk menampilkan gaya batang pada elemen-elemen struktur rangka atap akibat kombinasi beban mati dan beban hidup (COMB1), pilih menu Display kemudian Show Forces/Stresses, dan Frames/Cable. Pada kotak Member Force Diagram for Frames Shape masukkan data sbb. :

Case/Combo Name : COMB1
Component : Axial Force
Scaling : Auto
Options : Show Values on Diagram
Klik OK.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLQ_0DEe3yJzIdKn7sIDiHpg2vcPXsMsJipQaYAq4TI292wuZs7iI9_zwDBu_c1pB_UENoMlaRwx3gm1rlwqQeYpA6HfXS2_TFP6GaP9B7pX4jsaUIMwI_2Zm8Skw3-4NyAARpvILb3nd1/s400/untitled19.bmp

Gambar 18. Gaya batang pada struktur atap akibat beban mati + beban hidup (COMB1)

Untuk menampilkan reaksi-reaksi di tumpuan akibat kombinasi beban mati dan beban hidup (COMB1), pilih menu Display kemudian Show Forces/Stresses, dan Joints. Pada kotak Joint Reactions Forces masukkan data sbb. :

Case/Combo Name : COMB1
Type : Show as Arrows
Klik OK.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi14I_wxClg-vkPblKfS9I6o9e4hO8ttJ2oYgFCS0nZ_Jrt9fHys6LOhTjNDQXnHKXBvW2GsgthnZqerIs2AR0nhyphenhyphen3y6o9iJVPhgJZV40PH-UFSWRIMZK6N81hB4Teq__MdutuKV3UoI5k8/s400/untitled20.bmp

Gambar 19. Reaksi-reaksi di tumpuan akibat beban mati + beban hidup (COMB1)

11. Melakukan Desain Struktur

Setelah dilakukan analisis struktur, untuk selanjutnya dapat dilakukan desain struktur untuk memeriksa apakah dimensi dari elemen-elemen struktur yang dipilih, cukup kuat menahan beban-beban yang bekerja pada struktur. Untuk melakukan desain struktur, dilakukan sbb. :

Pilih menu Options, kemudian Preferences dan Steel Frame Design.

Pada kotak Steel Frame Design Preferences masukkan data :

Design Code : AISC-ASD89
Framing Type : Braced Frame
Lateral Factor : 1.3
Stress Ratio Limit : 1
Klik OK.

Pilih menu Design, kemudian Steel Frame Design dan Select Design Combos. Pada kotak Design Load Selections Combination masukkan data :

Design Combos : COMB1
: COMB2
: COMB3
Klik OK.

Pilih menu Design, kemudian Steel Frame Design dan Start Design/Check of Structure. Perintah ini akan menyebabkan SAP2000 menghitung nilai rasio tegangan (stress ratio) dari setiap elemen struktur.

Untuk menampilkan nilai rasio tegangan, pilih menu Design, kemudian Steel Frame Design dan Display Design Info.

Pada kotak Display Steel Design Result, pilih Design Output : P-M Colors & Values. Klik OK.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9kYoQhX2xn6aqS8pvX8-AktTcn0jNf5lP7QmxSl7FAbk-Sy9JLZkCNKyOYv6tQQdDKQnrNE1Tx1iJwhH2dqwfkFa_nfpSJWHMI6OTZURcwanpuvIy2xlstylzOjtDVvSZOjAjn7DHPOYb/s400/untitled21.bmp

Gambar 20. Rasio tegangan (stress ratio) pada elemen-elemen struktur rangka atap

2 komentar: